6 Golongan ahli ibadah yang tidak disukai Allah swt - Kajian Islam

Sunday, August 18, 2019

6 Golongan ahli ibadah yang tidak disukai Allah swt

Ahli ibadah yang tidak disukai Allah swt


Bismillahirahmanirrahim
Assalamualaikum wr. wb

Kajian islam akan share artikel tentang 6 golongan ahli ibadah tidak disukai Allah swt.

Semoga kita selalu istiqomah dan ikhlas dalam menjalankan semua yang di perintah Allah swt, serta menjauhi segala larangan nya.
Selalu menjadikan apa yang kita kerjakan dialam dunia ini semata-mata hanya karena Allah swt.

Jika semua yang kita kerjakan semata-semata karena Allah ta'alla insyaAllah hidup kita akan tenang dan tentram.

Jangan sampai amal ibadah yang selama ini kita kerjakan menjadi sia-sia seperti ciri-ciri ahli ibadah yang tidak disukai Allah swt di bawah ini:

1. Shalatnya rajin tapi sering menyakiti hati orang lain

Allah swt tidak akan melihat seberapa khusyuk dan rajinnya ia shalat, selama ia masih sering menyakiti hati orang lain.
Maka amal ibadah shalatnya akan gugur dan bukan tidak mungkin  Allah swt akan memasukannya kedalam golongan orang yang rugi dan bangkrut dengan ibadahnya.

Jadi perlu kita fahami, shalat bukan hanya sekedar ritual harian yang harus umat islam kerjakan.
Tapi makna shalat jauh dari pada itu, lewat shalat kita diajarkan agar selalu hidup berdampingan dengan tetangga dan sodara selalu rukun.

Seperti halnya saat kita shalat berjamaah apapun status sosialnya suku,ras dan budayanya, kita berdiri,ruku,sujud dan duduk berdampingan di tempat yang sama tanpa ada yang membedakan.
Karena manusia di hadapan Allah swt semua sama dan hanya amal ibadahnya lah yang akan menjadi pembeda di hadapan Allah swt.

Jangan sekali-kali kita menyakiti hati orang lain, karena ketika ucapan yang kita lontarkan terus membuat sakit hatinya maka selama orang tersebut belum mau memaafkannya, selama itu pula dosanya akan terus mengalir ketubuh kita.

Maka dari itu jaga lidah kita jangan sampai lidah tak bertulang ini menyakiti orang lain yang akhirnya menghapus amal ibadah shalat kita.

2. Shalat sekedar ritual

Poin kedua ini masih ada sangkut pautnya dengan nomor satu.

Dimana ia shalat tapi tidak bisa memaknai apa arti dari gerakan shalat tersebut.

Akhirnya walaupun ia rajin shalat masih sering maksiat ngomongin orang lain,sombong,ngumbar aurat dll.

3. Shalat karena ingin di puji orang

Ini termasuk salah satu golongan manusia munafik yang sangat tidak disukai Allah swt.
Ibadahnya selalu ia ceritakan kepada orang lain, di zaman saat ini banyak sekali orang yang mengumbar kegiatan ibadahnya supaya mendapat sanjungan orang lain.

Habis shalat dan ngaji ia foto lalu di upload ke media sosial di sertai kata-kata tertentu agar orang lain mengetahui bahwa ia habis melakukan ibadah.

Habis berinfaq dan sedekah ia ceritakan pula kepada orang lain.
Sungguh orang seperti itu tidak akan mendapatkan apa-apa dari apa yang selama ini ia kerjakan.

Wahai sodaraku, cukuplah hanya Allah swt dan para Malaikatnya saja yang tau ibadah apa yang sudah kita kerjakan.

4. Rajin shalat tapi pelit

Sungguh Allah swt tidak menyukai sifat orang seperti ini.
Orang kikir Allah swt haramkan masuk kedalam syurganya dan tempat terbaiknya adalah neraka yang bahan bakarnya batu dan manusia.

Ia tidak pernah suka berbagi dengan fakir miskin,yatim piatu dan orang-orang yang membutuhkan lainnya.

Semoga kita di jauhkan dari sifat seperti ini karena Allah swt sangat tidak menyukainya.

5.Shalat yang lupa dunia

Dahulu dulu ada seorang yang ahli ibadah yang sangat menakjubkan bahkan setiap malam selalu ia isi dengan sahalat tahajud, dan shalat tahajjud menjadi amalan ibadah andalannya.

Disepertiga malam ia selalu bangun untuk mendirikan shalat tahjjud,

sampai pada suatu malam saat ia hendak mengambil air wudhu beliau didatangi Malaikat membawa buku.

Lalu sang ahli ibadah ini bertanya:

Wahai Malaikat, buku apakah yang engkau bawa itu?

Jawab sang Malaikat: Ini adalah buku para pecinta Allah swt.

Sang ahli ibadah pun bertanya lagi:
Coba lihat dibuku yang engkau bawa itu, adakah namaku tercatat di dalamnya?

Dengan sangat yakin ia bertanya dan namanya pasti ada didalam buku yang dibawa oleh malaikat.

Lalu Malaikat langsung membuka buku nama-nama pecinta Allah swt mencari nama orang yang rajin beribadah ini.

Namun setelah di cari-cari dan sampai di halaman terakhir nama sang ahli ibadah yang bernama Abu bin hazim tidaklah tercantum dalam buku para pecinta Allah swt.
Sontak ia merasa tidak percaya namanya tidak tercantum dalam kitab, sekali lagi Abu bin hazim meminta kepada malaikat untuk melihat kembali catatan nama-nama pecinta Allah swt.

Namun setelah di cek yang kedua kalinya, nama orang ahli ibadah tersebut tidak didapati dalam buku para pecinta Allah swt.
Lalu Malaikat pembawa buku itu berkata:
Bukannya aku tidak mengetahui engkau bangun setiap malam mengambil wudhu dalam kedinginan lalu mendirikan shalat tahajjud.
Tapi tanganku di larang Allah swt untuk mencatat namamu didalam buku para pecinta Allah.
Abu bin Hazim pun bertanya, apa yang membuat Allah swt melarangmu menulis namaku di dalam buku itu?

Dan jawaban Malaikat membuat hatinya hancur:


Wahai hamba Allah:



Setiap saat engkau memang bermunajat kepada Allah swt, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga kemana-mana dan asyik beribadah memikirkan diri sendiri.
Di kanan kirimu ada orang sakit atau lapar, tidak engkau tengok dan beri makan. 
Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah swt kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan Allâh ?” kata Malaikat itu.
Abu bin Hazim seperti disambar petir disiang bolong. Dia tersadar hubungan ibadah manusia tidak hanya kepada Allah swt semata (hablumminAllâh), tetapi juga ke sesama manusia (hablumminannâs) dan alam.
Abu bin Hazim takzim. “Aku berjanji setelah ini aku akan menyempurnakan ibadahku dengan menjadi orang yang peduli kepada sesamaku, dan aku tidak akan berbangga diri dengan pamer tahajudku” 
Dari kisah Abu bin Hazim kita dapat memetik pelajaran yang berharga, bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan harus seimbang.

Untuk akhirat tentu harus kita persiapkan, tapi jangan lupakan juga dunia karena memang kita masih hidup di alam ini.
Seperti pepatah mengatakan: Bekerja lah seakan engkau hidup seribu tahun lamanya dan beribadahlah seakan engkau mati esok pagi.
6. Shalat tapi durhaka kepada orang tua

Ini yang paling berbahaya dari semua poin di atas, seberapa pun banyaknya amal ibadah yang dikerjakan, kalau ia durhaka kepada kedua orangtuanya, maka semua amal ibadahnya akan hancur dan sedikitpun tidak akan Allah swt terima.
Sebaik-baiknya tempat untuk anak durhaka adalah Neraka Jahanam yang bahan bakarnya batu dan manusia.

Masih ingat dengan cerita Al Qamah seorang  hamba Allah yang sangat baik ibadahnya namun ia kesulitan saat sakaratul maut.
Dahulu dizaman Rasulullah saw ada seorang hamba Allah swt yang sangat baik sekali ibadahnya.
Namun saat ajal datang menjemput ia begitu tersiksa dan kesakitan.

Al qamah orang yang sangat giat beribadah, rajin shalat, banyak puasa dan suka bersedekah. 
Sampai suatu saat Al qamah menderita sakit keras khawatir dengan keadaan suaminya, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah untuk memberitahukan kepada beliau tentang  keadaan suaminya tersebut. 

 Rasulullah saw mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk melihat keadaan Al qamah.

Rasulullah bersabda

 “Pergilah kalian kerumah Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan La Ilaha Illallah ”Akhirnya ketiga sahabat Rosulullah langsung berangkat menuju rumah Al qamah.
Sesampainya di rumah Al qamah ketiga sahabat Rasulullah mendapati Al qamah sudah dalam keadaan naza’, maka segeralah mereka men-talqin-nya, namun ternyata lisan Al qamah tidak bisa mengucapkan La ilaha illallah.

Ketiga sahabat Rasulullah  langsung  laporkan kejadian tersebut kepada Rasulullah.
Maka Rasulullah pun bertanya, apakah dia masih mempunyai kedua orangtua?

Ada yang menjawab, ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua renta.

Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berkata kepada utusan tersebut, katakan kepada ibunya Al qamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuinya.

Tatkala utusan itu telah sampai pada ibu Al qamah dan pesan beliau itu disampaikan, maka dia berkata, Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah.

Maka ibunda alqamah memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah saw.
Setelah sampai dihadapan Rasulullah, ibunda alqamah mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.

Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, wahai ibu Al qamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah swt yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan putramu Al qamah?”

Sang ibu menjawab, wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.

Lalu Rasulullah bertanya lagi, lalu apa perasaanmu padanya?

Dia menjawab, Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.

Rasulullah bertanya lagi: Kenapa?

Ibunda Al qamah: Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.

Maka, Rasulullah bersabda, Sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Al qamah sehingga tidak bisa mengucapkan nama Allah.

Kemudian beliau bersabda:

Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.

Si ibu berkata, wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?

Beliau menjawab, saya akan membakarnya dihadapanmu.

Dia menjawab, wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar al qamah dihadapanku.

 Rasulullah saw menjawab:

 Wahai ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah swt lebih pedih dan lebih langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Al qamah, demi dzat yang jiwaku berada di tanganya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya.

Maka ibunda Al qamah berkata: Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Al qamah.

Lalu Rasulullah berkata kepada Bilal, Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Al qamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, barangkali ibu
Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.

Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Al qamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah, 
maka, Bilal pun masuk dan berkata: 

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Al qamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.

Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga.

Maka, Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya,

Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda:

 Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahannya.

Dari kisah Al qamah ini semoga kita bisa mengambil hikmah, bahwa kita jangan sekali-kali menyakiti hati kedua orangtua kita, jaga dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kita.

Jangan pernah sia-siakan mereka, karena kalau sudah demikian niscaya azab pedih dari Allah swt akan segera menimpa orang yang durhaka kepada orangtuanya.

Lakukan semua perintah Allah swt dengan ikhlas dan jauhi segala larangannya, niscaya Allah swt akan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada orang tersebut. Amin amin ya Rabal alamin

No comments: